Bogor Guru Besar IPB University Roro Dyah Perwitasari mengatakan Indonesia memiliki biodiversitas satwa primata tertinggi di dunia. Ada 61 spesies dari sekitar 479 spesies di dunia, ada di Tanah Air. Ia menjelaskan, satwa primata Indonesia terdiri atas lima famili dari 11 genus. Sebanyak 38 spesies di antaranya adalah endemik. "Hampir di semua wilayah geografi di Indonesia bisa ditemukan satwa primata native asli, kecuali Papua. Satwa primata endemik terbanyak berada di Sulawesi disusul oleh kepulauan Mentawai, Sumatera," ujar Dyah mengutip siaran pers IPB, Jumat, 6 Agustus 2021. Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini? Menurut Dyah, satwa primata Indonesia menghadapi ancaman berupa kehilangan habitat akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia. Konservasi genetik dan aplikasinya untuk konservasi satwa primata menjadi sangat penting sebelum satwa primata punah tanpa data biologi yang lengkap dan rinci. Ia mengatakan, konservasi genetik dalam dua dekade terakhir menjadi alat yang berguna dalam semua pengambilan keputusan berkenaan dengan konservasi alam. Konservasi genetik satwa primata bertujuan mengurangi risiko kepunahan dengan memperhatikan proses-proses genetik dan melestarikan potensi adaptasi spesies. Baca UI-Etana Kerja Sama Riset Pengembangan Obat Berbasis Bioteknologi Ia mengatakan, Tarsius dan monyet ekor panjang Sulawesi dianggap sebagai hotspot keanekaragaman hayati. Posisi geografis dan isolasi biogeografi Sulawesi berkontribusi pada jumlah spesies mamalia endemik yang tinggi. "Salah satu satwa primata endemik di Sulawesi, nokturnal terkecil di dunia yaitu kelompok tarsius. Saat ini kelompok tarsius masuk dalam Daftar Merah IUCN dan dilindungi melalui Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan LHK RI," ujar Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA IPB University ini. Dari studi molekuler, Dyah berhasil mengungkap hibridisasi alami yang terjadi antar dua spesies Tarsius yang mempunyai habitat berbatasan T. lariang dan T. dentatus. Berdasarkan analisis berbagai marka genetik, warna rambut, rambut ekor dan vokalisasi, ditemukan spesies baru yang diberi nama Tarsius wallacei sp. nov. Penamaan ini untuk menghormati Alfred Russel Wallace, naturalis Inggris dan salah satu penemu seleksi alam. Spesies baru ini menempati rentang habitat yang diskontinu di Sulawesi.
0Qnabdx.